Mentalitas yang dibentuk ialah mental aghniya (mental orang kaya), mental memberi, serta spirit membebaskan sekaligus memberdayakan.Itu pula yang dilakukan Buya Syafii. Seorang aktivis yang lumayan dekat dengan Buya Syafii pernah ‘mengingatkannya’ untuk mengganti mobil agar ‘sesuai’ dengan posisinya sebagai Ketum Muhammadiyah. Buya Syafii menjawab, “Ah, ini juga sudah cukup.”Seorang aktivis Muhammadiyah lainnya, Pramono U Tanthowi, punya kisah bagaimana autentiknya Buya Syafii. Selama menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah, kata dia, Buya Syafii mendapatkan dukungan finansial dari beberapa pengusaha Muhammadiyah untuk mendukung mobilitasnya, terutama jika ada undangan mendadak dari berbagai daerah.Uang yang diterima Buya itu digunakan untuk membeli tiket pesawat, penginapan, serta sumbangan untuk pengurus daerah, wilayah, atau amal usaha yang dikunjungi.Suatu ketika, beberapa minggu menjelang Muktamar Ke-45 Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) 2005, salah satu pengusaha bercerita bahwa Buya Syafii menyerahkan laporan secara lengkap soal uang sumbangan itu. Ia mewarisi tradisi mental Muhammadiyah yang dibentuk KH Ahmad Dahlan, lalu dijalankan secara terus-menerus oleh para pimpinan Muhammadiyah selanjutnya.Itu semua resep mengapa Muhammadiyah berkembang sangat pesat.
Source: Media Indonesia May 27, 2022 21:56 UTC